
JELAJAH.CO.ID, Makassar – Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin bekerjasama dengan Wikipangan dan Himpunan Mahasiswa Politik (HIMAPOL) FISIP Unhas menyelenggarakan Diskusi Publik dengan tema ”Menakar Peran Negara dalam Menjamin Ketersediaan Pangan Lokal di Masyarakat” pada Selasa, 23 September 2025 di Aula Prof. Syukur Abdullah, FISIP Universitas Hasanuddin.
Diskusi ini menghadirkan tiga pemateri yang berkompeten di bidang politik dan pertanian yang menjadi wujud representasi civitas akademika dalam memandang isu ketersediaan pangan lokal dari tiga perspektif yang berbeda. Dr. Andi Ali Armunanto, Dosen Ilmu Politik FISIP Unhasyang memberikan perspektif dari sudut pandang politik dan kebijakan publik, Prof. Dr. Ir. Dorothea Agnes Rampisela, M.Sc. Guru Besar Fakultas Pertanian Unhas yang menyoroti aspek lingkungan dan komoditas sagu sebagai deposit pangan lokal, dan Andi Alif Raihan Analta dari HIMAPOL FISIP Unhas yang juga menjadi representasi suara mahasiswa dalam isu kedaulatan pangan.
Dr. Andi Ali Armunanto dalam pemaparan materinya menjelaskan politisasi yang terjadi dalam tata kelola beras di Indonesia dengan pendekatan Schizoanalysis. ”Bayangkan setiap harinya kita dihadapkan pada pilihan sederhana antara membeli beras premium, medium, ataukah harga ekonomi? Ada pertanyaan fundamental yang tersembunyi dibalik label label tersebut. Itu tentang apa sebenarnya yang kita beli? Hanya sekarung beras? Ataukah kita juga membeli sebuah sistem politik yang mengatur hidup kita?” ujarnya saat pemaparan materi.
Dalam diskusi ini, Prof. Dr. Ir. Dorothea Agnes Rampisela, M.Sc. menyoroti tentang Metroxylon Sagu Rottb terkait Deposit pangan lokal, jembatan budaya, pelestarian lingkungan dan mitigasi bencana. ”Pemerintah dan masyarakat sangat kurang menyadari potensi sagu, bahkan sagu dapat tumbuh di tanah marginal. Sagu tidak hanya sebagai pangan, tetapi juga menjaga budaya.” ucapnya dalam forum diskusi. Beliau menyoroti potensi tanah-tanah marginal sebagai lahan penanaman sagu seperti Papua dan Papua barat yang dapat meningkatkan penghasilan ekonomi di dua daerah tersebut, namun tidak dimanfaatkan oleh pemerintah daerah setempat.
Sebagai suara mahasiswa, Andi Alif Raihan Analta merespon kritis hilangnya lahan pertanian nasional. ”Hilangnya sawah, hilangnya kedaulatan pangan, karena peralihfungsian sawah menyebabkan potensi langkanya beras.”
Dengan terselenggaranya diskusi ini, diharapkan kesadaran kolektif dapat terbangun mengenai pentingnya peran negara dalam menjamin ketersediaan pangan lokal. Diskusi ini sekaligus menjadi ruang refleksi Departemen Ilmu Politik FISIP Unhas, Wikipangan Sulsel, dan HIMAPOL FISIP Unhas dalam mendorong respon kritis publik terkait kedaulatan pangan di Indonesia.